Faktor budaya merupakan suatu yang paling
memiliki pengaruh paling luas pada perilaku konsumen. Pengiklan harus
mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas social
pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku
seseorang. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan
perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan
lembaga penting lainnya.
Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya –
sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang
lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat
jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis.
Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar seringkali
merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan
konsumen.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang
relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara
hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa.
Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan,
tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan
variable lain.
Pengaruh Budaya Yang Tidak Disadari
Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen
mengalami perubahan . Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat,
dapat membantu pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu
produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar.
Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap
perilaku sering diterima begitu saja. Ketika kita ditanya
kenapa kita melakukan sesuatu, kita akan otomatis menjawab, “ya karena memang
sudah seharusnya seperti itu”. Jawaban itu sudah berupa jawaban otomatis yang
memperlihatkan pengaruh budaya dalam perilaku kita. Barulah ketika seseorang
berhadapan dengan masyarakat yang memiliki budaya, nilai dan kepercayaan yang
berbeda dengan mereka, lalu baru menyadari bahwa budaya telah membentuk
perilaku seseorang. Kemudian akan muncul apresiasi terhadap budaya yang
dimiliki bila seseorang dihadapan dengan budaya yang berbeda.
Misalnya, di budaya yang membiasakan masyarakatnya
menggosok gigi dua kali sehari dengan pasta gigi akan merasa bahwa hal itu
merupakan kebiasaan yang baik bila dibandingkan dengan budaya yang tidak
mengajarkan masyarakatnya menggosok gigi dua kali sehari. Jadi, konsumen
melihat diri mereka sendiri dan bereaksi terhadap lingkungan mereka berdasarkan
latar belakang kebudayaan yang mereka miliki. Dan, setiap individu akan
mempersepsi dunia dengan kacamata budaya mereka sendiri.
Pengaruh Budaya dapat Memuaskan Kebutuhan
Budaya yang ada di masyarakat dapat memuaskan
kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu produk yang memberikan petunjuk, dan
pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan metode “Coba dan
buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan sosial. Misalnya
dengan adanya budaya yang memberikan peraturan dan standar mengenai kapan waktu
kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap waktu seseorang pada waktu makan. Begitu
juga hal yang sama yang akan dilakukan konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi
makanan olahan dan suatu obat.
Pengaruh Budaya dapat Dipelajari
Budaya dapat dipelajari sejak seseorang
sewaktu masih kecil, yang memungkinkan seseorang mulai mendapat nilai-nilai
kepercayaan dan kebiasaandari lingkungan yang kemudian membentuk budaya
seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat dipelajari. Seperti yang diketahui
secara umum yaitu misalnya ketika orang dewasa dan rekannya yang lebih tua
mengajari anggota keluarganya yang lebih muda mengenai cara berperilaku.
Ada juga misalnya seorang anak belajar dengan
meniru perilaku keluarganya, teman atau pahlawan di televisi. Begitu juga dalam
dunia industri, perusahaan periklanan cenderung memilih cara pembelajaran
secara informal dengan memberikan model untuk ditiru masyarakat. Misalnya
dengan adanya pengulangan iklan akan dapat membuat nilai suatu produk dan
pembentukan kepercayaan dalam diri masyarakat. Seperti biasanya iklan sebuah
produk akan berupaya mengulang kembali akan iklan suatu produk yang dapat
menjadi keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri. Iklan itu tidak hanya
mampu mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu
produk, namun dapat juga memepengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai
keuntungan yang akan didapat dari suatu kategori produk tertentu.
Pengaruh Budaya yang Berupa Tradisi
Tradisi adalah aktivitas yang bersifat
simbolis yang merupakan serangkaian langkah-langkah (berbagai perilaku) yang
muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi berulang-ulang. Tradisi yang
disampaikan selama kehidupan manusia, dari lahir hingga mati.
Hal ini bisa jadi sangat bersifat umum. Hal
yang penting dari tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi
cenderung masih berpengaruh terhadap masyarakat yang menganutnya. Misalnya
yaitu natal, yang selalu berhubungan dengan pohon cemara. Dan untuk
tradisi-tradisi misalnya pernikahan, akan membutuhkan perhiasan-perhiasan
sebagai perlengkapan acara tersebut.
Perubahan Nilai Budaya
Budaya juga perlu mengalami perubahan nilai.
Ada beberapa aspek dari perlunya perluasan perubahan budaya yaitu :
Budaya merupakan konsep yang meliputi banyak
hal atau luas. Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari pengaruh proses
pemikiran individu dan perilakunya. Ketika budaya tidak menentukan sifat dasar
dari frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar, hal tersebut berpengaruh
jika waktu dan cara dari dorongan ini akan memberi kepuasan.
Budaya adalah hal yang diperoleh. Namun tidak
memaksudkan mewarisi respon dan kecenderungan. Bagaimanapun juga, bermula dari
perilaku manusia tersebut.
Kerumitan dari masyarakat modern yang
merupakan kebenaran budaya yang jarang memberikan ketentuan yang terperinci
atas perilaku yang tepat.
Variasi nilai perubahan dalam nilai budaya
terhadap pembelian dan konsumsi
Nilai budaya memberikan dampak yang lebih pada
perilaku konsumen dimana dalam hal ini dimasukkan kedalam kategori-kategori
umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai lainnya yaitu merefleksi gambaran
masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan kelompok dalam
masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek pemasaran.
Sebagai contoh, jika masyarakat menilai
aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam keputusan
pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi untuk
“menjadi seorang individual”. Dan begitu juga pada budaya yang individualistik.
Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum
muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan
perbedaan/keseragaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar