Suatu ketika saya ketemu seorang Amerika Serikat yang kebetulan bekerja di Indonesia sebagai konsultan. Dalam suatu perbincangan, saya mencoba bertanya kepadanya, mengapa sudah sekian tahun ia masih betah tinggal di Indonesia. Setahu saya, ia pulang pada saat libur, dan setiap masa kontraknya habis, selalu memperpanjangnya.
Dari pertanyaan itu saya mendapatkan jawaban yang sangat menarik. Ia menyatakan sangat senang bertempat tinggal di Indonesia. Atas jawaban itu saya mencoba balik bertanya lagi, bukankah di negara anda lebih makmur, segala kebutuhan tercukupi, tidak banyak melihat dan atau menyalksikan orang miskin, sebagaimana di Indonesia.
Pertanyaan saya dijawab dengan enteng, bahwa gambaran saya tentang negaranya dinyatakan benar, tetapi dia tidak mendapatkan keindahan sebagaimana yang ia nikmati sehari-hari di Indonesia. Bahkan ia balik bertanya, tentang negara mana yang pernah saya datangi yang seindah Indonesia.
Dia tahu bahwa saya pernah pergi ke beberapa negara, mulai dari negara-negara di Eropa, Amerika, Rusia, Canada, Australia, dan juga negera-negara Timur Tengah seperti Mesir, Sudan, Iran, Irak, Yordan. Juga negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Brunai dan lain-lain.
Membayangkan pertanyaan orang Amerika tersebut, rasanya memang benar. Kiranya tidak ada negara di dunia yang seindah dan sesubur Indonesia. Setiap naik pesawat terbang, dan kemudian melihat keadaan negara yang sedang di lewati dari atas, maka memang tidak ada yang seindah Indonesia. Mulai dari Aceh hingga Papua, pulau-pulau besar, kecil menampakkan kehijauan. Terdiri atas gunung, persawahan, hutan, semuanya menghijau tampak indah.
Keindahan tersebut lebih nyata lagi tatkala dilihat dari dekat. Ketika bepergian dengan kendaraan darat, -------kemana saja, dari satu tempat ke tempat lain, dari satu pulau ke pulau lainnya, tampak di mana-mana indah. Di semua wilayah yang dilalui selalu ada pepohonan, persawahan, bukit, gunung, dan kebun-kebun, dan tanamanm-tanaman yang indah.
Oleh karena pohon atau tumbuh-tumb uhan apa saja bisa ditanam dan hidup, maka buah apa saja di Indonesia ini ada, hingga kadang sulit mengenali nama-namanya. Apa saja yang ditanam bisa tumbuh dan berbuah. Berbagai jenis ikan, baik ikan laut, tambak maupun ikan sungai, semua ada di mana-mana. Demikian pula berbagai jenis tambang, seperti minyak, gas, batu bara, emas, intan dan lain-lain.
Memang ada saja bagian-bagian lingkungan yang rusak, seperti hutan-hutan di Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan bahkan juga di Papua. Hutan-hutan tersebut rusak oleh ulah manusia. Sebagai akibatnya, sungai-sungai banyak yang airnya mengecil dan bahkan kering. Pepohonan yang semula rindang ditebang, hingga daerah-daerah itu menjadi gundul. Namun sebenarnya masih berpontensi untuk ditanami kembali.
Gambaran indah seperti itu tidak akan didapat di negara-negara lain, apalagi di banyak negara yang berpadang pasir. Kalau kita terbang di atas Mesir, Sudan, Saudi Arabia, Iran, Irak, Yaman, maka yang tampak adalah warna kecoklatan. Daerah itu adalah berupa padang pasir yang sedemikian luas. Di Sudan atau Mesir, jika dilihat dari udara ada bagian-bagian yang tampak menghijau, tetapi hanya sebatas di sekitar daerah yang dilewati sungai Nil. Agak jauh dari sungai tersebut tanahnya berwarna kemerah-merahan sebagai isyarat daerah tandus dan gersang.
Daerah padang pasir, selain tandus juga panas. Tidak bisa dibayangkan, bagaimana sulitnya para petani atau peternak mengembangkan usahanya. Saya pernah datang di suatu daerah di Riyad, bernama Ashofi. Padang pasir itu dibikin sebagai pusat peternakan sapi. Untuk sekedar berternak sapi, mereka terlebih dahulu harus mengubah padang pasir menjadi bagaikan kebun-kebun di daerah tropis. Beriku-ribu hektar daerah berbatu dan pasir tersebut dibuatkan saluran air dan selanjutnya ditanami pohon-pohon dan rumput.
Selanjutnya, di tempat tersebut dibuat kandang sapi, di setiap lokasi diisi sekitar 40 000 ekor, dan karena udara panas, maka kandang itu harus dilengkapi dengan AC. Kandang sapi harus ber AC, agar ternaknya bisa hidup dan berkembang. Tidak bisa dibayangkan, berapa tambahan biaya yang harus dikeluarkan jika dibandingkan berternak di Indonesia. Membayangkan betapa sulitnya berternak di daerah padang pasir tersebut menjadikan mudah untuk menikmati keindahan alam di negeri ini.
Memang keindahan tanah air ini, agaknya tidak mudah dirasakan dan bahkan dinikmati bagi orang yang jarang pergi ke negara-negara yang gersang dan apalagi padang pasir tersebut. Akhir tahun lalu, saya berkesempatan berkunjung ke Rusia. Kebetulan di sana sedang musim dingin, suhu udara minus sekitar 15 derajat. Di mana-mana terdapat salju dan tentu sangat menyiksa, utamanya bagi saya yang tidak pernah ke daerah dingin seperti itu. Lagi-lagi, tatkala menemui keadaan seperti itu, mengingatkan betapa enak dan keindahan Nusantara ini.
Keindahan Indonesia, seringkali diungkapkan oleh banyak orang yang datang dari manca negara. Tidak terkecuali para dosen yang berasal dari Sudan, Saudi Arabia, Mesir, dan Australia yang kebetulan mengajar beberapa tahun di UIN Maliki Malang. Saya ingat persis, ketika pertama kali saya mengajak beberapa orang Sudan dan Mesir ke sebelah atas kota Batu di malam hari. Sesampai di tempat itu mereka terkejut, kagum dan berkomentar, apakah ini adalah surga yang dijanjikan oleh Allah. Keindahan Batu di waktu malam, bagi mereka sangat mengagumkan. Selama ini, mereka tidak pernah melihat tempat yang sedemikian indah, sebagaimana kota Batu di malam hari.
Padahal, Kota Batu bukanlah satu-satunya tempat yang indah di negeri ini. Masih banyak tempat-tempat lain yang tidak kurang indahnya. Hanya sayangnya memang keindahan itu, di beberapa tempat sudah semakin berkurang, disebabkan oleh ulah manusianya. Inilah negeri yang amat indah, yang semestinya dihuni oleh orang-orang yang banyak bersyukur dan optimis. Bukan sebaliknya, selalu mengeluh dan merasa rendah diri. Wallahu a'lam
Penulis adalah Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang